Pakar Komunikasi Benny Susetyo Sebut Krisis Eksistensial Dibalik Gaya Hedonis Pejabat, Singgung Rafael Alun?

PONTIANAK, DIO-TV.COM, Sabtu, 11 Maret 2023 – Media masa masih terus dipenuhi berita transaksi mencurigakan Rp 500 miliar miliki Rafael Alun, ayah dari pelaku penganiayaan terhadap David Ozora, Mario Dandy.

Mantan pejabar DJP Kemenkeu Rafael Alun sendiri diketahui memiliki transaksi senilai Rp 500 miliar berdasarkan hasil temuan PPATK

Masyarakat prihatin atas kejadian ini dan mendapat komentar dari pakar komunikasi politik Romo Benny Susetyo, sebut pejabat dan keluarga yang kerap pamer kekayaan alami krisis eksistensial

Lembaga PPATK sudah memblokir puluhan rekening yang terkait Rafael Alun, khususnya konsultan hukumnya pun kabur ke luar negeri

Rasa prihatin publik ini mungkin diwakili oleh Romo Antonius Benny Susetyo, rohaniwan dan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ia menyebut pejabat pamer harta sebagai krisis eksistensial

Romo Benny Susetyo mengatakan gaya hidup hedonis dan mewah yang ditampilkan elit politik di media sosial menunjukkan krisis eksistensial.

Hal ini ditandai oleh oknum pejabat publik yang alami krisis eksistensial menunjukkan power atau kekuatannya dengan menampilkan harta kekayaannya, dengan kata lain ia ingin meunjukkan eksistensinya

Baca Juga: Mendekat! Daihatsu Indonesia Hadirkan Tampilan Baru Dari All New Alya. Berikut Daftar Harga dan Spesifikasinya

Sikap seperti ini sebenarnya merupakan gejala krisis eksistensial yang lahir dari keterasingan dari sebuah realitas, orang hidup dalam ilusi hedonis yang merasuki pikiran dan hidupnya.

Ratusan miliar harta Rafael Alun tengah diselidiki asal muasalnya oleh pihak berwajib.

Sebenarnya, banyak oknum pejabat yang bergaya hedonis, namun luput dari perhatian publik.

Tidak terduga pertengkaran putera Rafael Alun, Mario Dandy, dengan anak petinggi ormas GP Ansor, maka terbongkar bobrok pejabat Kemenkeu yang korup.

Keprihatinan public atas gaya hidup hedonis oknum pejabat kita yaitu kehidupan cara hidup mengutamakan kepemilikan harta benda dan berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara.

Krisis eksistensial juga terjaadi karena pejabat tidak menujukkan kebijaksanaan dan tidak hidup sederhana.