JAKARTA, DIO-TV.COM, Selasa, 28 Maret 2023 - Baru-baru ini viral sebuah pernyataan Romo Benny Susetyo yang cukup berani ketika menanggapi aksi heroik Mahfud MD, disebutnya bawa kuasa ilahi boongkar transaksi mencurigakan Rp 349 triliun.
Aksi heroik Menko Polhukam Mahfud MD ini dalam membongkar dugaan transaksi mencurigakan hingga Rp 349 triliun di Kementerian Keuangan.
Romo Benny menyatakan, "Dia itu membawakan kuasa ilahi". Pernyataan ini kembali dikutip dan diartikulasikan oleh Dahlan Iskan melalui artikelnya yang juga viral dengan judul "Mahfud Ilahi".
Apa maksud dari pernyataan tersebut? Apakah itu artinya Mahfud MD sedang kerasukan sesuatu yang supernatural?
Menurut Romo Benny Susetyo, tanpa membawakan kuasa Ilahi, Mahfud MD tidak akan mengungkapkan soal transaksi mencurigakan dan kecurigaan pencucian uang di Kemenkeu senilai Rp 349 triliun itu.
"Kalau hanya melihat kuasa duniawi, Mahfud MD akan terjebak pada konstitualisme, yang di dalamnya ada aturan, prosedur dan tata krama. Kalau Mahfud berpegang kekuasaan di dunia, ia akan berkutat di dalam batas peraturan, etika, dan prosedur itu," kata Romo Benny Susetyo
Mahfud MD sebagai Menteri Koordinator memang akan dipersoalkan jika merujuk pada aturan, etika dan prosedur.
Namun, konsep kuasa ilahi dalam konteks Prof. Mahfud MD tersebut memang diakui Romo Benny Susetyo bukan ide langsung dari dirinya.
"Konsep itu sebenarnya berasal dari pemikiran filsuf Jerman bernama Walter Benyamin dari mazhab Frankrut. Mazhab ini beraliran teori-teori kritis. Dia juga seorang sastrawan dan dramawan”, kata Romo Benny Susetyo.
“Bagi Benyamin, seni bukan estetika, melainkan alat untuk kesadaran publik demi memperjuangkan keadilan. Maka, saya menggunakan pemikiran Benyamin ini dalam konteks Prof. Mahfud untuk membongkar dugaan transaksi fantastis di Kemenkeu tersebut," paparnya.
Romo Benny Susetyo menjelaskan bahwa Benyamin pada waktu itu hidup dalam zaman fasisme dengan banyaknya ketidakadilan di mana-mana.
Benyamin hadir dan menggunakan drama sebagai sarana untuk mengkritik dan memperjuangkan keadilan bagi masyarakat yang lemah dan tertindas saat itu.
"Kerapa para elite politik menggunakan argumen konstitualisme yang sebenarnya untuk menutupi ketidakberdayaannya karena dia tersandera oleh banyak kepentingan, misalnya kepentingan kapital. Akibatnya, dia tidak sanggup menyuarakan ketidakadilannya tersebut," ujar Doktor ilmu komunikasi ini.
Artikel Terkait
Benny Susetyo Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Sebut Jejaring Panca Mandala Benteng Ideologi Pancasila
Benny Susetyo Kritik Gaya Hidup Hedonis Pejabat, Minta Pengawasan Terhadap Harta Pejabat Harus Diperkuat!
Di Singkawang, Benny Susetyo Ajak Guru dan Peserta Didik Aktualisasikan Nilai Pancasila Sesuai Kearifan Lokal
Benny Susetyo Staf Khusus BPIP Menyebut Media Sosial Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia, Bukan Pemecah Belah!
Benny Susetyo Stafsus BPIP - Jadikan Hari Raya Nyepi Jadi Momentum Jaga Persatuan dan Aktualisasi Pancasila
Benny Susetyo Sebut Hari Raya Nyepi Dijadikan Momentum Menjaga Persatuan dan Aktualisasikan Nilai Pancasila
Benny Susetyo Ajak Sambut Ramadhan dengan Refleksi Aktualisasi Pancasila Dalam Kerukunan Umat Beragama
Benny Susetyo Ajak Refleksi Aktualisasi Pancasila dalam Kerukunan Umat Beragama untuk Sambut Ramadhan
Menyoroti Kasus Pencucian Uang Rp 300 T di Kemenkeu, Benny Susetyo Sebut Politik Ilahi Mengatasi Ketakutan
Kasus Penolakan Duta Besar Vatikan di Palembang Bukti Indonesia Darurat Toleransi? Ini Kata Benny Susetyo